MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DAN KRITIS
KONSEP DASAR TRANFUSI DARAH

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah
Gawat Darurat Dan Kritis di Akademi Keperawatan Yakpermas Banyumas
Disusun Oleh:
Ades Talia
|
Reni Kurniati
|
Ani Rosyanti
|
Siti Isnaenah
|
Deski A T
|
Setiadi Wibowo
|
Hebat Rahmawati
|
Umi Munawaroh
|
Laela Nur media
|
Sri rosyani
|
Muslimah Afiani
|
|
AKADEMI KEPERAWATAN “YAKPERMAS”
BANYUMAS
BANYUMAS
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah “KONSEP DASAR TRANFUNSI DARAH” ini
dengan baik.
Penyusunan Makalah ini dapat
terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Kami yakin tanpa kerja sama,
mungkin makalah ini belum dapat terselesaikan hingga waktu yang ditentukan.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dosen
Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Dan Kritis. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharap kritik dan saran untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.
Terima kasih
Banyumas, 23 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis
darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel
darah merah.
Seiring dengan semakin majunya perkembangan dalam bidang
ilmu bedah dan pengobatan saat ini akan memberikan pengaruh terhadap berbagai
macam tindakan pembedahan untuk mengatasi beraneka ragam penyakit/kelainan yang
semakin banyak dan beragam jenisnya.Akibat dari hal ini akan berdampak
pula terhadap kemungkinan pemeberian tranfusi darah untuk mengatasi /
mengkoreksi masalah yang timbul sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
Pemberian tranfusi darah kadang merupakan suatu tindakan
untuk penyelamat jiwa, akan tetapi morbiditas dan mortalitas setelah tranfusi darah juga cukup tinggi.
Mengingat akan keuntungan dan efek samping yang ditimbulkan juga cukup besar.
Untuk mencegah hal tersebut kita harus memahami mengenai indikasi pada tranfusi
darah. Oleh karena itu, diharapkan dengan penyusunan makalah ini, dapat membuka
pemahaman kita mengenai tranfusi darah sehingga dapat meminimalkan prevalensi
mortalitas dan morbiditas pasca tranfusi darah.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan
Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk untuk menambah pengamahan mengenai konsep dasar tranfusi darah
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk untuk menambah pengamahan mengenai konsep dasar tranfusi darah
2.
Tujuan
Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:
a) Mahasiswa mengetahui mengenai indikasi tranfusi darah.
b) Mahasiswa mengetahui mengenai jenis tranfusi darah
a) Mahasiswa mengetahui mengenai indikasi tranfusi darah.
b) Mahasiswa mengetahui mengenai jenis tranfusi darah
c) Mahasiswa mengetahui mengenai asuhan
keperawatan klien dengan tranfusi darah
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
PENGERTIAN
Transfusi darah
adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke
sistem peredaran orang lainnya.
Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela
untuk disimpan di bank darah untuk kemudian dipakai pada transfusi darah
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat
(donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah
lengkap dan komponen darah.
Transfusi darah adalah suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti
kehilangan darah pasien akibat kecelakaan, operasi pembedahan atau oleh karena
suatu penyakit. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke dalam
tubuh melalui selang infus.
B.
TUJUAN
TRANFUSI DARAH
1.
Memelihara dan
mempertahankan kesehatan donor.
2.
Memelihara keadaan biologis
darah atau komponen– komponennya agar tetap bermanfaat.
3.
Memelihara dan
mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas
peredaran darah).
4.
Mengganti kekurangan komponen
seluler atau kimia darah.
5.
Meningkatkan oksigenasi
jaringan.
6.
Memperbaiki fungsi
Hemostatis.
7.
Tindakan terapi kasus
tertentu.
C.
INDIKASI TRANFUSI DARAH
Sejak
tahun 1941, sel darah merah ditransfusikan secara rutin bila Hb kurang dari 10
gr%. Aturan ini tidak dianut lagi karena berbagai resiko transfusi yang ada
seperti infeksi, imunosupresif, juga biaya besar yang diperlukan dan
terbatasnya persediaan darah yang ada.
Indikasi
utama dari transfusi darah adalah intuk optimalisasi kapasitas pengangkutan
oksigen ke jaringan (oxyangen carrying capacity), kandungan oksigen (oxyangen
content) dan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan (oxyangen delivery).
Saat ini batas nilai Hb absolut yang men
“trigger” pemberian transfusi sel darah merah tidak ada. Batas nilai Hb di mana
transfusi mulai diberikan tergantung pada beberapa faktor klinis seperti
derajat hipovolemia, anemia akut atau kronik, kecepatan dan jumlah kehilangan
darah yang terjadi, cadangan kardiopulmoner pasien, konsumsi oksigen pasien dan
ada tidaknya penyakit pembuluh darah aterosklerotik.
Kebanyakan
ahli sependapat bahwa anemia kronik jauh lebih bisa ditoleransi dari anemia
akut karena adanya peningkatan 2,3 DPG pada anemia kronik. Pasien anemia kronik
biasanya tetap asimptomatik sampai batas Hb 7 gr%. Pada anemia akut akibat
perdarahan, respon yang didapat akan berbeda. Pasien trauma dengan klasifikasi
Advanced Trauma Life Support / ATLS kelas I dan II dapat dilakukan resusitasi
tanpa perlu transfusi. Pasien trauma dengan syok perdarahan kelas III mungkin
membutuhkan transfusi darah. Hampir semua pasien syok perdarahan kelas IV
membutuhkan transfusi darah untuk mempertahankan penghantaran oksigen.
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase
volume kehilangan darah, yang dapat di lihat pada tabel dibawah ini sebagai
berikut:
PRESENTASE VOLUME KEHILANGAN
DARAH
KELAS
|
PENDARAH
AN
|
TEKANAN DARAH
|
TEKAN
AN
NADI
|
LAJU NADI /menit
|
KESADAR
AN
|
LAJU NAFAS
|
Kelas I
|
Kehilangan volume
darah hingga maksimal 15% of blood volume
|
kurang dari 750
ml
|
Normal
|
Normal
|
Agak gelisah
|
14-20/
menit
|
Kelas II
|
Kehilangan volume
darah antara 15-30% dari total volume
|
750-1500ml
|
Normal
|
Menurun
|
Gelisah
|
20-30/
menit
|
Kelas III
|
Kehilangan darah
antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah
|
1500-2000ml
|
Menurun
|
Menurun
|
Cemas, gelisah
|
30-40/
menit
|
Kelas IV
|
Kehilangan yang
lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah
|
lebih dari 2000ml
|
Menurun
|
Menurun
|
Letragi
|
Lebih dari 35/
menit
|
Pada
pasien trauma berusia muda, nilai Hb 7 gr% dengan hemodilusi masih bisa
ditoleransi karena hemodilusi yang terjadi akan meningkatkan curah jantung dan
mempertahankan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan.
Pada
pasien usia tua dan dengan penyakit pembuluh darah, serebral, ginjal atau
penyakit jantung, hemodilusi sampai 7 gr% mungkin tidak aman. Demikian juga
pada prosedur pembedahan seperti pengkleman aorta pada pembedahan ruptur aorta,
atau klem suprarenal untuk pembedahan vaskuler, dan pada pasien dengan
peningkatan tekanan intrakranial dengan penurunan tekanan perfusi
serebral,hemodilusi mungkin tidak dianjurkan. Batas nilai Hb yang men”trigger”
transfusi pada pasien sakit kritis juga masih kontroversial.
Transfusi
trombosit diberikan bila terjadi kekurangan kualitas maupun kuantitas trombosit
seperti bila produksi trombosit oleh sumsum tulang berkurang, peningkatan
destruksi trombosit dan pemakaian trombosit yang meningkat. ASA pada tahun 1996
mengeluarkan rekomendasi transfusi trombosit yang lalu juga dianut oleh Royal
College of Physician pada tahun 1998. Transfusi trombosit profilaksis pre
operatif jarang dilakukan bila trombositopenia yang terjadi lebih dari
100.000/mm3 dan diakibatkan oleh peningkatan destruksi trombosit ataupun berkurangnya
pembentukan trombosit oleh sumsum tulang. Dalam keadaan ini transfusi trombosit
baru diberikan bila trombosit kurang dari 50.000/mm3. Transfusi trombosit
dianjurkan diberikan pada pasien dengan jumlah trombosit normal bila dijumpai
adanya disfungsi trombosit dan perdarahan mikrovaskuler. Pada jumlah trombosit
menengah, 50.000 – 100.000/mm3, keputusan untuk memberikan transfusi trombosit
tergantung pada jenis pembedahan, disfungsi trombosit dan ada tidaknya
abnormalitas koagulasi yang lain.
Plasma beku
segar diberikan bila adanya defisiensi faktor koagulasi pada pasien yang
memiliki resiko atau pasien yang sedang mengalami perdarahan. Hanya sedikit
data yang ada tentang efektif tidaknya pemberian transfusi plasma beku segar .
ASA pada tahun 1996 mengeluarkan aturan tentang transfusi plasma beku segar
yaitu untuk pemulihan segera gangguan koagulasi yang diakibatkan warfarin,
untuk koreksi faktor koagulasi tertentu bila sediaan faktor koagulasi tersebut
tidak tersedia, untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler bila PT dan APTT lebih
dari 1,5 kali normal dan untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler setelah
transfusi masif bila belum ada hasil pemeriksaan PT dan APTT1
D.
WAKTU
PEMBERIAN
Respon
tubuh terhadap perdarahan bergantung pada volume, kecepatan dan lamanya
perdarahan. Keadaan pasien sebelum perdarahan akan berpengaruh dan menimbulkan
respon terhadap apa yang diberikan.
Pada
orang dewasa sehat, perdarahan 10 % jumlah volume darah tidak menyebabkan
perubahan tanda-tanda fisik. Frekuensi nadi, tekanan darah, sirkulasi perifer
dan tekanan vena sentral tidak berubah. Reseptor volume dalam atrium kanan akan
mendeteksi penurunan volume ini dan menyebabkan pusat vasomotor meransgsang
sistem saraf simpatis yang mengakibatkan vasokonstriksi.
Penurunan
tekanan darah pada ujung arteri kapiler menyebabkan perpindahan cairan ke dalam
ruang intersitiel berkurang dan perfusi ginjal yang turun menyebabkan retensi
air dan ion Natrium,hal ini akan menyebabkan volume darah kembali normal dalam
12 jam, walaupun agak encer. Kadar protein plasma cepat menjadi normal dan
dalam waktu 2 minggu kemudian akan terjadi hemopoiesis ekstra yang menghasilkan
eritrosit. Proses kompensasi ini sangat efektif sampai perdarahan 30 % dari EBV
pada orang sadar.
Pada
orang drewasa sehat kehilangan darah dibawah 30 - 40 % dan nilai hematotkrit
masih diatas 20 % masih dapat diganti dengan cairan koloid atau kombinasi
koloid dengan kristaloid yang komposisinya sama dengan darah yaitu Ringer
Laktat.
Pada bayi
oleh karena safety of margin lebih kecil, darah sebaiknya diberikan pada saat
perdarahan lebih dari sama dengan 10 % dari EBV. Pada perdarahan hebat
dapat dipakai cairan koloid untuk mengganti volume darah dan menjaga stabilitas
kardiovaskuler.Setelah perdarahan teratasi, terapi tranfusi harus segera
diberikan untuk mengganti volume darah yang hilang. Kehilangan darah 40 %
biasanya memerlukan transfusi. Namun kebanyakan pasien dapat distabilkan dengan
kristaloid atau koloid selama resusitasi awal.
Kehilangan
darah lebih dari 40 % potensial mengancam jiwa, tanda-tanda dan gejalanya
adalah :
1.
Takikhardi
yang nyata
2.
Hipotensi
hebat sampai tak terukur
3.
Depresi
bermakna tekanan darah sistolik, tekanan nadi yang sangat kecil dan seringkali
tidak dapat ditentukan tekanan diastolik dengan cara auskultasi.
4.
Akral
dingin
5.
Sianosis
6.
Penurunan
kesadaran
7.
Oliguria
sampai anuria
Meskipun demikian, penentuan kapan darah
diberikan dan berapa jumlahnya tidak selamaya mudah.Untuk pemberian tranfusi
pra bedah harus dilakukan minimal 48 jam sebelum pembedahan, mengingat kadar
2,3 DPG akan membali normal setelah 48 jam pasca tranfusi
E.
JENIS-JENIS
TRANFUSI DARAH
1. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)
a.
Indikasi transfusi dengan whole blood :
1)
Perdarahan akut dan
profuse→hypovelemik shock
2)
Exchange transfusion : haemolitik
diseases of the new born
Intoxicaci.
Intoxicaci.
3)
Kegagalan faal hati akut
b.
Keuntungan :
mudah didapat dan tehnik lebih mudah.
c.
Kerugihan :
lebih sering
kemungkinan terjadinya reaksi tranfuse.
d.
Macam transfusi dengan whole
blood :
1)
FRESH BLOOD : darah setelah pengambilan/telah
disimpan pada suhu 4 derajat celcius, selama kurang dari 6 jam.
2)
STORED BLOOD : darah yang telah disimpan pada
suhu 4 derajat celcius, selama lebih dari 6 jam. Trombosit, faktor V, VII,
biasanya mudah rusak.
2. Darah Komponen
a.
Transfusi dengan sel darah merah
(sdm)
Transfusi dengan
memakai sel darah merah yang diendapkan/dipadatkan dengan nama : PRC (Packed
Red Cells).
1) PRC
1) PRC
a)
Cara membuat PRC :
Darah disentrifuse
dengan kecepatan 2000rpm, selama 60 menit. Kemudian plasma dipisahkan, sehingga
volume darah menjadi 60-70% dari semula. PRC yang telah dibuat harus dipakai
dalam waktu kurang dari 4jam. Dengan tehnologi yang lebih maju, proses
pemisahan darah dan plasma itu dilakukan dengan system tertutup, sehingga PRC
yang terbentuk masih bisa dipakai asal tidak melebihi 21 hari. Hal tersebut
karena PRC merupakan media yang baik untuk kuman.
b)
Keuntungan transfusi dengan PRC :
i.
Dapat diberikan SDM dalam jumlah
yang banyak pada satu kali transfuse
ii.
Penambahan volume darah lebih
sedikit,sehingga bahaya decom cordis menurun
iii.
Kadar Na, K, NH4, dan penderita
lain
Plasma dapat digunakan pada penderita lain
Plasma dapat digunakan pada penderita lain
iv.
Kadar anti A dan anti B dalam PRC
rendah, sehingga dapat dilakukan substitusi bila diperlukan.
v.
Kemungkinan terjadinya reaksi
transfusi juga lebih kecil.
c)
Kerugian transfusi dengan PRC :
i.
PRC yang terbentuk harus dipakai
dalam waktu<4jam/21 hari
ii.
PRC tidak mengandung factor
pembekuan darah, sehingga tidak dapat memperbaiki perdarahan bila diperlukan.
d)
Indikasi transfusi dengan PRC :
i.
Anemia tanpa penurunan volume
darh, misal : perdarahan kronis, defisiensi Fe.
ii.
Penderita dengan decom, cordis
(volume penambahan sedikit)
iii.
Penderita sirhosis hepatic (kadar
NH4 sedikit)
2) LPRBC (LEKOSIT POOR RBC)
yaitu sel darah
merah yang mengandung sedikit sekali sel darah putih (lekosit). Sebagaimana
diketahui lekosit adalah penyebab reaksi transfusi. Jadi dengan mengurangi
kandungan lekosit dalam darah yang hendak ditransfusikan, diharapkan
kemungkinan terjadinya reaksi transfuse dapat dikurangi.
a)
Indikasi transfusi dengan LPRBC :
i.
Penderita yang memiliki titer
antibody lekosit yang tinggi
ii.
Penderita yang pernah mengalami
reaksi transfuse yang berat
b)
Kontra indikasi transfuse dengan
LPRBC :
Penderita dengan lekhopeni yang berat
Penderita dengan lekhopeni yang berat
c)
Kerugihan transfuse dengan LPRBC
ini adalah : lekosit tidak dapat dihilangkan 100%
3) WASHED RBC (WRBC)
a)
Tujuan pencucian sel darah merah
ini :
i.
Menghilangkan protein plasma
ii.
Menghilangkan antibodi pd sel darah merah
(Anti A/Anti B)
iii.
Menghilangkan/mengurangi sel
darah putih (lekosit)
b)
Kerugihan pada transfuse dengan
WRBC : Pencucian yang berulang menjadikan strelisasi darah kurang terjamin.
c)
Indikasi transfusi dengan WRBC :
Pada penderita dengan gangguan Auto Immun.
b.
TRANSFUSI DENGAN SEL DARAH PUTIH
1)
Indikasi: bila terjadi lekhopeni yang berat
sehingga khawatir terjadi suatu reaksi.
2)
Transfusi dengan sel darah putih tidak
efektif karena :
a)
Umur lekosit yang pendek
b)
Jumlah lekosit yang sedikit. Untuk
meningkatkan 1500 lekosit diperlukan sekitar 40 unit darah segar.
III. TRANSFUSI DENGAN TROMBSIT
Indikasi pemberian transfusi dengan trombosit adlh bila terjadi TROMBHOPENI yang berat, sehingga dikhawatirkan terjadi perdarahan.
Terdapat 2 macam trombopheni yang dpt ditransfusikan :
• PRP (Plathellet Rich Plasma)
• PC (Platellet Concetrate)
Cara mendapatkan PRP dan PC adalah : darah disentrifuse selam 3 menit dengan kecepatan 2300 rpm, maka supernatan nya adlh PRP. Bila PRP tersebut kita sentrifuse lagi selama 3 menit dengan kecepatan 2300 rpm, maka endapan yang terjadi adlh PC. Untuk melakukan transfuse dengan trombosit ini tidak perlu dilakukan reaksi silang terhadap gol.darah ABO, sedangkan terhadap Rhesus masih tetap dilakukan. Pemberian 1 unit PC dapt meningkatkan sekitar 15.000/mm3 trombosit. Setelah suatu transfusi dengan trombosit, maka umur trombosit hanya sekitar 1-3 hari, sehingga dapat dilakukan transfusi sebanyak 2-3 kali dalam seminggu.
IV. TRANSFUSI DENGAN KOMPONEN CAIR (PLASMA)
1. Transfusi dengan plasma :
Indikasi pemberian transfusi dengan plasma adlh :
• Suatu keadaan dimana banyak plasma yang hilang, misalnya : luka bakar yang luas, demam berdarah, dsb.
• Dehidrasi
• Perdarahan oleh karena defisiensi faktor pembekuan darah.
Transfusi dengan plasma ini ada 2 macam :
1) Single Donor Plasma
• Dibuat dari 1 unit darah
• Resiko hepatitis lebih kecil
• Titer iso antibody tinggi
2) Pooled Plasma
• Dibuat dari beberapa unit darah
• Resiko terkena hepatitis tinggi
• Titer iso antibody kecil
• Volume yang didapat cukup tinggi
Kerugihan pemberian tranfusi dengan plasma adlh bahwa transfusi ini tidak dapat mengatasi anemia.
Keuntungan pemberian transfusi dengan plasma, dibanding dengan transfusi dengan Whole Blood adlh :
• Tidak perlu dilakukan reaksi silang
• Unit darah dipakai untuk beberapa maacam transfusi
• Kemungkinan reaksi hemolitik kecil
2. Transfusi dengan plasma spesifik :
• Albumin
• Cryoprecipitate (anti hemophili concetrate)
3. Transfusi dengan gamma globulin : pemberian antibody
4. Transfusi dengan fibrinogen.
III. TRANSFUSI DENGAN TROMBSIT
Indikasi pemberian transfusi dengan trombosit adlh bila terjadi TROMBHOPENI yang berat, sehingga dikhawatirkan terjadi perdarahan.
Terdapat 2 macam trombopheni yang dpt ditransfusikan :
• PRP (Plathellet Rich Plasma)
• PC (Platellet Concetrate)
Cara mendapatkan PRP dan PC adalah : darah disentrifuse selam 3 menit dengan kecepatan 2300 rpm, maka supernatan nya adlh PRP. Bila PRP tersebut kita sentrifuse lagi selama 3 menit dengan kecepatan 2300 rpm, maka endapan yang terjadi adlh PC. Untuk melakukan transfuse dengan trombosit ini tidak perlu dilakukan reaksi silang terhadap gol.darah ABO, sedangkan terhadap Rhesus masih tetap dilakukan. Pemberian 1 unit PC dapt meningkatkan sekitar 15.000/mm3 trombosit. Setelah suatu transfusi dengan trombosit, maka umur trombosit hanya sekitar 1-3 hari, sehingga dapat dilakukan transfusi sebanyak 2-3 kali dalam seminggu.
IV. TRANSFUSI DENGAN KOMPONEN CAIR (PLASMA)
1. Transfusi dengan plasma :
Indikasi pemberian transfusi dengan plasma adlh :
• Suatu keadaan dimana banyak plasma yang hilang, misalnya : luka bakar yang luas, demam berdarah, dsb.
• Dehidrasi
• Perdarahan oleh karena defisiensi faktor pembekuan darah.
Transfusi dengan plasma ini ada 2 macam :
1) Single Donor Plasma
• Dibuat dari 1 unit darah
• Resiko hepatitis lebih kecil
• Titer iso antibody tinggi
2) Pooled Plasma
• Dibuat dari beberapa unit darah
• Resiko terkena hepatitis tinggi
• Titer iso antibody kecil
• Volume yang didapat cukup tinggi
Kerugihan pemberian tranfusi dengan plasma adlh bahwa transfusi ini tidak dapat mengatasi anemia.
Keuntungan pemberian transfusi dengan plasma, dibanding dengan transfusi dengan Whole Blood adlh :
• Tidak perlu dilakukan reaksi silang
• Unit darah dipakai untuk beberapa maacam transfusi
• Kemungkinan reaksi hemolitik kecil
2. Transfusi dengan plasma spesifik :
• Albumin
• Cryoprecipitate (anti hemophili concetrate)
3. Transfusi dengan gamma globulin : pemberian antibody
4. Transfusi dengan fibrinogen.
0 comments:
Post a Comment
Dimohon untuk berkomentar yang sopan