Tuesday, 20 May 2014

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS KONSEP DASAR TRANFUSI DARAH


MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS
KONSEP DASAR TRANFUSI DARAH
LOGO KAMPUS.jpg

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Gawat Darurat Dan Kritis di Akademi Keperawatan Yakpermas Banyumas
Disusun Oleh:
Ades Talia
Reni Kurniati
Ani Rosyanti
Siti Isnaenah
Deski A T
Setiadi Wibowo
Hebat Rahmawati
Umi Munawaroh
Laela Nur media
Sri rosyani
Muslimah Afiani


AKADEMI KEPERAWATAN “YAKPERMAS” BANYUMAS
BANYUMAS
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah “KONSEP DASAR TRANFUNSI DARAH” ini dengan baik.

            Penyusunan Makalah ini dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan uluran tangan dari  berbagai pihak. Kami yakin tanpa kerja sama, mungkin makalah ini belum dapat terselesaikan hingga waktu yang ditentukan.

Pada kesempatan ini dengan  segala kerendahan hati kami menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Dan Kritis. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran untuk perbaikan makalah kami selanjutnya. Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Terima kasih


Banyumas, 23 Oktober 2012

Penulis



DAFTAR ISI
















BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Transfusi darah adalah  proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.
Seiring dengan semakin majunya perkembangan dalam bidang ilmu bedah dan pengobatan saat ini akan memberikan pengaruh terhadap berbagai macam tindakan pembedahan untuk mengatasi beraneka ragam penyakit/kelainan yang semakin banyak dan beragam  jenisnya.Akibat dari hal ini akan berdampak pula terhadap kemungkinan pemeberian tranfusi darah untuk mengatasi / mengkoreksi masalah yang timbul sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
Pemberian tranfusi darah kadang merupakan suatu tindakan untuk penyelamat  jiwa, akan tetapi  morbiditas dan mortalitas  setelah tranfusi darah juga cukup tinggi. Mengingat akan keuntungan dan efek samping yang ditimbulkan juga cukup besar. Untuk mencegah hal tersebut kita harus memahami mengenai indikasi pada tranfusi darah. Oleh karena itu, diharapkan dengan penyusunan makalah ini, dapat membuka pemahaman kita mengenai tranfusi darah sehingga dapat meminimalkan prevalensi mortalitas dan morbiditas pasca tranfusi darah.

B.        TUJUAN
1.      Tujuan Umum
        Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk untuk menambah pengamahan mengenai konsep dasar tranfusi darah
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:
a) Mahasiswa mengetahui mengenai indikasi tranfusi darah.
b)     Mahasiswa mengetahui mengenai jenis tranfusi darah
c)    Mahasiswa mengetahui mengenai asuhan keperawatan klien dengan  tranfusi darah
















BAB II
TINJAUAN TEORI


A.       PENGERTIAN
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya.
Donor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah untuk kemudian dipakai pada transfusi darah
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah.
Transfusi darah adalah suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah pasien akibat kecelakaan, operasi pembedahan atau oleh karena suatu penyakit. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke dalam tubuh melalui selang infus.

B.        TUJUAN TRANFUSI DARAH

1.         Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
2.         Memelihara keadaan biologis darah atau komponen– komponennya agar tetap bermanfaat.
3.         Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah).
4.         Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
5.         Meningkatkan oksigenasi jaringan.
6.         Memperbaiki fungsi Hemostatis.
7.         Tindakan terapi kasus tertentu.

C.        INDIKASI TRANFUSI DARAH
              Sejak tahun 1941, sel darah merah ditransfusikan secara rutin bila Hb kurang dari 10 gr%. Aturan ini tidak dianut lagi karena berbagai resiko transfusi yang ada seperti infeksi, imunosupresif, juga biaya besar yang diperlukan dan terbatasnya persediaan darah yang ada. 
              Indikasi utama dari transfusi darah adalah intuk optimalisasi kapasitas pengangkutan oksigen ke jaringan (oxyangen carrying capacity), kandungan oksigen (oxyangen content) dan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan (oxyangen delivery).
               Saat ini batas nilai Hb absolut yang men “trigger” pemberian transfusi sel darah merah tidak ada. Batas nilai Hb di mana transfusi mulai diberikan tergantung pada beberapa faktor klinis seperti derajat hipovolemia, anemia akut atau kronik, kecepatan dan jumlah kehilangan darah yang terjadi, cadangan kardiopulmoner pasien, konsumsi oksigen pasien dan ada tidaknya penyakit pembuluh darah aterosklerotik.
              Kebanyakan ahli sependapat bahwa anemia kronik jauh lebih bisa ditoleransi dari anemia akut karena adanya peningkatan 2,3 DPG pada anemia kronik. Pasien anemia kronik biasanya tetap asimptomatik sampai batas Hb 7 gr%. Pada anemia akut akibat perdarahan, respon yang didapat akan berbeda. Pasien trauma dengan klasifikasi Advanced Trauma Life Support / ATLS kelas I dan II dapat dilakukan resusitasi tanpa perlu transfusi. Pasien trauma dengan syok perdarahan kelas III mungkin membutuhkan transfusi darah. Hampir semua pasien syok perdarahan kelas IV membutuhkan transfusi darah untuk mempertahankan penghantaran oksigen.
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah, yang dapat di lihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut:





PRESENTASE VOLUME KEHILANGAN DARAH



KELAS

PENDARAH
AN
TEKANAN DARAH

TEKAN
AN
NADI

LAJU NADI /menit

KESADAR
AN

LAJU NAFAS

Kelas I
Kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume
kurang dari 750 ml
Normal
Normal
Agak gelisah

14-20/
menit
Kelas II
Kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume
750-1500ml
Normal
Menurun
Gelisah
20-30/
menit
Kelas III
Kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah
1500-2000ml
Menurun
Menurun
Cemas, gelisah
30-40/
menit
Kelas IV
Kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah
lebih dari 2000ml

Menurun
Menurun
Letragi
Lebih dari 35/
menit




              Pada pasien trauma berusia muda, nilai Hb 7 gr% dengan hemodilusi masih bisa ditoleransi karena hemodilusi yang terjadi akan meningkatkan curah jantung dan mempertahankan jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan. 
              Pada pasien usia tua dan dengan penyakit pembuluh darah, serebral, ginjal atau penyakit jantung, hemodilusi sampai 7 gr% mungkin tidak aman. Demikian juga pada prosedur pembedahan seperti pengkleman aorta pada pembedahan ruptur aorta, atau klem suprarenal untuk pembedahan vaskuler, dan pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dengan penurunan tekanan perfusi serebral,hemodilusi mungkin tidak dianjurkan. Batas nilai Hb yang men”trigger” transfusi pada pasien sakit kritis juga masih kontroversial.
              Transfusi trombosit diberikan bila terjadi kekurangan kualitas maupun kuantitas trombosit seperti bila produksi trombosit oleh sumsum tulang berkurang, peningkatan destruksi trombosit dan pemakaian trombosit yang meningkat. ASA pada tahun 1996 mengeluarkan rekomendasi transfusi trombosit yang lalu juga dianut oleh Royal College of Physician pada tahun 1998. Transfusi trombosit profilaksis pre operatif jarang dilakukan bila trombositopenia yang terjadi lebih dari 100.000/mm3 dan diakibatkan oleh peningkatan destruksi trombosit ataupun berkurangnya pembentukan trombosit oleh sumsum tulang. Dalam keadaan ini transfusi trombosit baru diberikan bila trombosit kurang dari 50.000/mm3. Transfusi trombosit dianjurkan diberikan pada pasien dengan jumlah trombosit normal bila dijumpai adanya disfungsi trombosit dan perdarahan mikrovaskuler. Pada jumlah trombosit menengah, 50.000 – 100.000/mm3, keputusan untuk memberikan transfusi trombosit tergantung pada jenis pembedahan, disfungsi trombosit dan ada tidaknya abnormalitas koagulasi yang lain. 
              Plasma beku segar diberikan bila adanya defisiensi faktor koagulasi pada pasien yang memiliki resiko atau pasien yang sedang mengalami perdarahan. Hanya sedikit data yang ada tentang efektif tidaknya pemberian transfusi plasma beku segar . ASA pada tahun 1996 mengeluarkan aturan tentang transfusi plasma beku segar yaitu untuk pemulihan segera gangguan koagulasi yang diakibatkan warfarin, untuk koreksi faktor koagulasi tertentu bila sediaan faktor koagulasi tersebut tidak tersedia, untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler bila PT dan APTT lebih dari 1,5 kali normal dan untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler setelah transfusi masif bila belum ada hasil pemeriksaan PT dan APTT1

D. WAKTU PEMBERIAN
              Respon tubuh terhadap perdarahan bergantung pada volume, kecepatan dan lamanya perdarahan. Keadaan pasien sebelum perdarahan akan berpengaruh dan menimbulkan respon terhadap apa yang diberikan. 
              Pada orang dewasa sehat, perdarahan 10 % jumlah volume darah tidak menyebabkan perubahan tanda-tanda fisik. Frekuensi nadi, tekanan darah, sirkulasi perifer dan tekanan vena sentral tidak berubah. Reseptor volume dalam atrium kanan akan mendeteksi penurunan volume ini dan menyebabkan pusat vasomotor meransgsang sistem saraf simpatis yang mengakibatkan vasokonstriksi. 
              Penurunan tekanan darah pada ujung arteri kapiler menyebabkan perpindahan cairan ke dalam ruang intersitiel berkurang dan perfusi ginjal yang turun menyebabkan retensi air dan ion Natrium,hal ini akan menyebabkan volume darah kembali normal dalam 12 jam, walaupun agak encer. Kadar protein plasma cepat menjadi normal dan dalam waktu 2 minggu kemudian akan terjadi hemopoiesis ekstra yang menghasilkan eritrosit. Proses kompensasi ini sangat efektif sampai perdarahan 30 % dari EBV pada orang sadar.
              Pada orang drewasa sehat kehilangan darah dibawah 30 - 40 % dan nilai hematotkrit masih diatas 20 % masih dapat diganti dengan cairan koloid atau kombinasi koloid dengan kristaloid yang komposisinya sama dengan darah yaitu Ringer Laktat.
              Pada bayi oleh karena safety of margin lebih kecil, darah sebaiknya diberikan pada saat perdarahan lebih dari sama dengan  10 % dari EBV. Pada perdarahan hebat dapat dipakai cairan koloid untuk mengganti volume darah dan menjaga stabilitas kardiovaskuler.Setelah perdarahan teratasi, terapi tranfusi harus segera diberikan untuk mengganti volume darah yang hilang. Kehilangan darah 40 % biasanya memerlukan transfusi. Namun kebanyakan pasien dapat distabilkan dengan kristaloid atau koloid selama resusitasi awal. 
              Kehilangan darah lebih dari 40 % potensial mengancam jiwa, tanda-tanda dan gejalanya adalah :
1.         Takikhardi yang nyata
2.         Hipotensi hebat sampai tak terukur
3.         Depresi bermakna tekanan darah sistolik, tekanan nadi yang sangat kecil dan seringkali tidak dapat ditentukan tekanan diastolik dengan cara auskultasi.
4.         Akral dingin
5.         Sianosis
6.         Penurunan kesadaran
7.         Oliguria sampai anuria
        Meskipun demikian, penentuan kapan darah diberikan dan berapa jumlahnya tidak selamaya mudah.Untuk pemberian tranfusi pra bedah harus dilakukan minimal 48 jam sebelum pembedahan, mengingat kadar 2,3 DPG akan membali normal setelah 48 jam pasca tranfusi

E.  JENIS-JENIS TRANFUSI DARAH
1.      Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)
a.       Indikasi transfusi dengan  whole blood :
1)      Perdarahan akut dan profuse→hypovelemik shock
2)      Exchange transfusion : haemolitik diseases of the new born
Intoxicaci.
3)      Kegagalan faal hati akut
b.      Keuntungan :
 mudah didapat dan tehnik lebih mudah.
c.       Kerugihan :
lebih sering kemungkinan terjadinya reaksi tranfuse.
d.      Macam transfusi dengan whole blood :
1)          FRESH BLOOD : darah setelah pengambilan/telah disimpan pada suhu 4 derajat celcius, selama kurang dari 6 jam.
2)          STORED BLOOD : darah yang telah disimpan pada suhu 4 derajat celcius, selama lebih dari 6 jam. Trombosit, faktor V, VII, biasanya mudah rusak.

2.      Darah Komponen
a.          Transfusi dengan sel darah merah (sdm)
Transfusi dengan memakai sel darah merah yang diendapkan/dipadatkan dengan nama : PRC (Packed Red Cells).
1) PRC
a)      Cara membuat PRC :
Darah disentrifuse dengan kecepatan 2000rpm, selama 60 menit. Kemudian plasma dipisahkan, sehingga volume darah menjadi 60-70% dari semula. PRC yang telah dibuat harus dipakai dalam waktu kurang dari 4jam. Dengan tehnologi yang lebih maju, proses pemisahan darah dan plasma itu dilakukan dengan system tertutup, sehingga PRC yang terbentuk masih bisa dipakai asal tidak melebihi 21 hari. Hal tersebut karena PRC merupakan media yang baik untuk kuman.
b)      Keuntungan transfusi dengan PRC :
                                                                          i.         Dapat diberikan SDM dalam jumlah yang banyak pada satu kali transfuse
                                                                        ii.         Penambahan volume darah lebih sedikit,sehingga bahaya decom cordis menurun
                                                                      iii.         Kadar Na, K, NH4, dan penderita lain
Plasma dapat digunakan pada penderita lain
                                                                      iv.         Kadar anti A dan anti B dalam PRC rendah, sehingga dapat dilakukan substitusi bila diperlukan.
                                                                        v.         Kemungkinan terjadinya reaksi transfusi juga lebih kecil.
c)      Kerugian transfusi dengan PRC :
                                                                         i.            PRC yang terbentuk harus dipakai dalam waktu<4jam/21 hari
                                                                       ii.            PRC tidak mengandung factor pembekuan darah, sehingga tidak dapat memperbaiki perdarahan bila diperlukan.
d)     Indikasi transfusi dengan PRC :
                                                                          i.         Anemia tanpa penurunan volume darh, misal : perdarahan kronis, defisiensi Fe.
                                                                        ii.         Penderita dengan decom, cordis (volume penambahan sedikit)
                                                                      iii.         Penderita sirhosis hepatic (kadar NH4 sedikit)

2) LPRBC (LEKOSIT POOR RBC)
yaitu sel darah merah yang mengandung sedikit sekali sel darah putih (lekosit). Sebagaimana diketahui lekosit adalah penyebab reaksi transfusi. Jadi dengan mengurangi kandungan lekosit dalam darah yang hendak ditransfusikan, diharapkan kemungkinan terjadinya reaksi transfuse dapat dikurangi.
a)         Indikasi transfusi dengan LPRBC :
                                                                          i.         Penderita yang memiliki titer antibody lekosit yang tinggi
                                                                        ii.         Penderita yang pernah mengalami reaksi transfuse yang berat
b)   Kontra indikasi transfuse dengan LPRBC :
Penderita dengan lekhopeni yang berat
c)         Kerugihan transfuse dengan LPRBC ini adalah : lekosit tidak dapat dihilangkan 100%

3) WASHED RBC (WRBC)
a)      Tujuan pencucian sel darah merah ini :
                                                                          i.         Menghilangkan protein plasma
                                                                        ii.          Menghilangkan antibodi pd sel darah merah (Anti A/Anti B)
                                                                      iii.         Menghilangkan/mengurangi sel darah putih (lekosit)
b)      Kerugihan pada transfuse dengan WRBC : Pencucian yang berulang menjadikan strelisasi darah kurang terjamin.
c)      Indikasi transfusi dengan WRBC : Pada penderita dengan gangguan Auto Immun.

b.         TRANSFUSI DENGAN SEL DARAH PUTIH
1)       Indikasi: bila terjadi lekhopeni yang berat sehingga khawatir terjadi suatu reaksi.
2)      Transfusi dengan sel darah putih tidak efektif karena :
a)         Umur lekosit yang pendek
b)          Jumlah lekosit yang sedikit. Untuk meningkatkan 1500 lekosit diperlukan sekitar 40 unit darah segar.

III. TRANSFUSI DENGAN TROMBSIT
Indikasi pemberian transfusi dengan trombosit adlh bila terjadi TROMBHOPENI yang berat, sehingga dikhawatirkan terjadi perdarahan.
Terdapat 2 macam trombopheni yang dpt ditransfusikan :
• PRP (Plathellet Rich Plasma)
• PC (Platellet Concetrate)
Cara mendapatkan PRP dan PC adalah : darah disentrifuse selam 3 menit dengan kecepatan 2300 rpm, maka supernatan nya adlh PRP. Bila PRP tersebut kita sentrifuse lagi selama 3 menit dengan kecepatan 2300 rpm, maka endapan yang terjadi adlh PC. Untuk melakukan transfuse dengan trombosit ini tidak perlu dilakukan reaksi silang terhadap gol.darah ABO, sedangkan terhadap Rhesus masih tetap dilakukan. Pemberian 1 unit PC dapt meningkatkan sekitar 15.000/mm3 trombosit. Setelah suatu transfusi dengan trombosit, maka umur trombosit hanya sekitar 1-3 hari, sehingga dapat dilakukan transfusi sebanyak 2-3 kali dalam seminggu.
IV. TRANSFUSI DENGAN KOMPONEN CAIR (PLASMA)
1. Transfusi dengan plasma :
Indikasi pemberian transfusi dengan plasma adlh :
• Suatu keadaan dimana banyak plasma yang hilang, misalnya : luka bakar yang luas, demam berdarah, dsb.
• Dehidrasi
• Perdarahan oleh karena defisiensi faktor pembekuan darah.
Transfusi dengan plasma ini ada 2 macam :
1) Single Donor Plasma
• Dibuat dari 1 unit darah
• Resiko hepatitis lebih kecil
• Titer iso antibody tinggi
2) Pooled Plasma
• Dibuat dari beberapa unit darah
• Resiko terkena hepatitis tinggi
• Titer iso antibody kecil
• Volume yang didapat cukup tinggi
Kerugihan pemberian tranfusi dengan plasma adlh bahwa transfusi ini tidak dapat mengatasi anemia.
Keuntungan pemberian transfusi dengan plasma, dibanding dengan transfusi dengan Whole Blood adlh :
• Tidak perlu dilakukan reaksi silang
• Unit darah dipakai untuk beberapa maacam transfusi
• Kemungkinan reaksi hemolitik kecil
2. Transfusi dengan plasma spesifik :
• Albumin
• Cryoprecipitate (anti hemophili concetrate)
3. Transfusi dengan gamma globulin : pemberian antibody
4. Transfusi dengan fibrinogen.




Terima kasih Telah Hadir Di Sini, untuk menggunakan template ini klik di SINI

0 comments:

copy smiley kode

Post a Comment

Dimohon untuk berkomentar yang sopan

 
-->