BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Hemoroid
/ wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus mengalami
bengkak yang
kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma karena
ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan
masalah bila ia membesar dan berdarah. Meskipun hemoroid dapat dijumpai pada
setiap orang, namun yang membesar dan menimbulkan masalah hanya 4% dari total
populasi. Kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin dan umumnya meningkat
pada usia 45 sampai 65 tahun.
Hemoroid berasal dari kata haima yang
berarti darah dan rheo yang berarti mengalir, sehingga pengertian hemoroid
secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara klinis diartikan
sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat penanganan/pengobatan
yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi juga
diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk
duduk dan buang air besar karena terasa sakit apabila bibir anus atau
sphinchter anus mendapat tekanan. Pada penderita hemoroid parah terkadang sulit
diobati sehingga bisa diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa
memberi efek samping yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu
diwaspadai dan ditangani dengan baik agar mudah diobati.
2.
TUJUAN
1.
Mahasiswa mampu memahami
penyakit hemoroid
2.
Mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami penyebab
hemoroid
3.
Mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui tanda dan gejala hemoroid
4.
Mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui patofiologi hemoroid
5.
Mahasiswa mampu memahami dan
mengetahui penatalaksanaan hemoroid
6.
Mahasiswa mampu memehami dan
mengetahui klasifikasi hemoroid
7.
Mahasiswa mampu memahami
komplikasi hemoroid
8.
Mahsiswa mampu memahami
diagnosa hemoroid
3.
MANFAAT
Diharapkan
mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit hemoroid, sehingga dapat
memberikan informasi kepada masyarakat dan bisa menjadi acuan serta pedoman bagi
dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit nantinya.
BAB II
ISI
1.
Pengertian
hemoroid
Hemoroid
berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun
secara klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus
hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi
patologik apabila tidak mendapat penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid
tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi juga diikuti oleh penambahan
jaringan disekitar vasa atau vena. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi
dalam kanal anal.
2.
Penyebab hemoroid
Berbagai
penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain sebagai
berikut :
a. BAB dengan posisi jongkok yang
terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena.
Sedangkan BAB dengan posisi duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko
hernia, karena saat duduk pintu hernia dapat menekan.
b. Obtipasi atau konstipasi kronis,
konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan saat Buang
Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang
mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan
frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis
diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus
sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka
akan membuat peregangannya bertambah buruk.
c. Tekanan darah (Aliran balik venosa),
seperti pada hipertensi portal akibat sirosis hepatis. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior, sehingga peningkatan
tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan mengakibatkan
hemoroid.
d. Faktor pekerjaan. Orang yang harus
berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai predisposisi
untuk terkena hemoroid.
e. Olah raga berat adalah olahraga yang
mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk olahraga berat antara lain mengangkat
beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan, memanah, dan
berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga yang terlalu berat seperti
mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan
lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan
peregangan . sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita
mengejan maka akan membuat peregangannya
bertambah
buruk.
f. Diet rendah serat sehingga
menimbulkan obstipasi.
3.
Manifestasi klinis
1. Pembengkakan pada area anus
2. Timbulnya rasa gatal dan nyeri
3. Perdarahan pada
faeces berwarna merah terang.
4. Keluar selaput
lendir
5. Prolaps
6. Duduk
berjam-jam di WC.
4.
Klasifikasi hemoroid
Secara
garis besar hemoroid bisa dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a) Hemoroid ekternal merupakan varies
vena hemoroidalis inferior.
b) Hemoroid internal merupakan varies
vena hemoroidalis superior dan media.
Sedangkan hemoroid interna
dibagi menjadi 4 derajat, yaitu:
a. Derajat I
Terjadi varises / pelebaran vena tetapi belum ada benjolan /
prolaps saat defekasi, walaupun defekasi dengan sekuat tenaga. Derajat I dapat
diketahui melalui adanya perdarahan melalui sigmiodoskopi.
b.
Derajat II
Adanya perdarahan dan prolaps jaringan diluar anus saat
mengejan selama defekasi berlangsung, tapi prolaps ini dapat kembali secara
spontan.
c. Derajat III
Sama dengan derajat II, hanya saja prolapsus tidak dapat
kembali secara spontan dan harus didorong (reposisi manual).
d. Derajat IV
Prolapsus
tidak dapat direduksi / inkarserasi. Benjolan / prolapsus dapat terjepit diluar, dapat mengalami
iritasi, inflamasi, oedema, dan ulserasi,
sehingga saat hal ini terjadi baru timbul rasa
5.
Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari
anorektal manusia dan berasal dari bantalan jaringan ikat subepitelial di dalam
kanalis analis. Sejak berada didalam kandungan, bantalan tersebut mengelilingi
mengelilingi dan mendukung anastomosis distal antara a. rectalis
superiordenganv.rectalis superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut
sebagian besar disusun oleh lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid
normalmenimbulkan tekanan didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan
anus pada saat istirahat (tidak ada
aktivitas
apapun) dan memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus untuk
dapat memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.Pada umumnya,
setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial pada anus. Bantalan
– bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bias terjadi. Ada 3
posisi utama, yaitu: jam 3 (lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan jam 11
(anterior kanan). Sebenarnya hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain,
atau bahkan dapat sirkuler, namun hal ini jarang terjadi. Mengenai jam
tersebut, pemberian angka angka berdasarkan kesepakatan: angka 6 (jam 6)
menunjukan arah posterior / belakang, angka 12 (jam 12) menunjukan arah
anterior / depan, angka 3 (jam 3) menunjukan arah kiri, angka 9 (jam 9)
menunjukan arah kanan. Dengan pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam
lainnya. Secara umum gejala hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut menjadi
besar, inflamasi, trombosis, atau bahkan prolaps. Adanya pembengkakan abnormal
pada bantalan anus menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus arterivenous.
Hal ini mengakibatkan peregangan otot suspensorium dan terjadi prolaps jaringan
rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus yang berwarna merah terang karena
kaya akan oksigen yang terkandung di dalam anastomosis arterivenous.
6.
Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
a) Pengelolaan dan modifikasi diet Diet
berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake air ditingkatkan. Diet serat yang
dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak
mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses
menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi
besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan secara berlebihan.
b) Medikamentosa
Terapi
medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-obatan
yang sering digunakan adalah:
a. Stool Softener, untuk
mencegahkonstipasi sehingga mengurangi kebiasaan mengejan, misalnya Docusate
Sodium.
b. Anestetik topikal, untuk mengurangi
rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang
penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per rectal
dapat menimbulkan efek samping sistematik.
c. Mild astringent, untuk mengurangi
rasa gatal pada daerah perianal yang timbul akibat iritasi karena
kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis water
(Witch Hazel)
d. Analgesik, untuk mengatasi
rasanyeri, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free Anacin dan Feverall)
yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki
hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit
saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi
antikoagulan oral.
e. Laxantina ringan atau berak darah
(hematoscezia). Obat supositorial anti hemoroid masih diragukan khasiatnya
karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah
Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.
Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.
2. Terapi Tindakan Non Operatif Elektif
a) Skleroterapi
Vasa
darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati sehingga
terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang menggelembung akan
berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada
jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan
berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat, suntikan harus di
atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikankekuadran simptomatik
dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi,
prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan.
Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b) Ligasi dengan cincin karet (Rubber
band Ligation) Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa
dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan
ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet.
Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada
bekasnya akanmengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai
empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang hebat terutama
pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan terjadi
perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
c) Bedah Beku (Cryosurgery) Tonjolan
hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya
fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan dibekukan (dibuat
nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif
pada karsinoma recti inoperabel.
d) IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan
hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga terjadilah nekrosis
dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.
3. Terapi Operatif
1) Hemoroidektomi Banyak pasien yang
sebenarnya belum memerlukan operasi minta untuk dilakukan hemoroidektomi.
Biasanya jika ingin masuk militer, pasien meminta dokter untuk menjalankan
operasi ini. Indikasi operasi untuk hemoroid adalah sebagai berikut:
a) Gejala kronik derajat 3 atau 4.
b) Perdarahan kronik yang tidak
berhasil dengan terapi sederhana.
c) Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut
dan trombosis serta gangren.
prinsip hemoroidektomi :
a.Eksisi hanya pada jaringanyang
benar-benar berlebih.
b.Eksisi sehemat mungkin dilakukan
sehingga anoedema dan kulit normal tidak
terganggu Spinchter ani.
2) Stapled Hermorrhoid Surgery
(Procedure for prolapse and hemorrhoids/ PPH)
Prosedur
penanganan hemoroid ini terhitung baru karena baru dikembangkan sekitar tahun
1990-an. Prinsip dari PPH adalah mempertahankan fungsi jaringan
hemoroid serta mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan hemoroid ini
sebenarnya masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu
dibuang semua. Prosedur tidak bisa diterapi secara konservatif maupun terapi
nonoperatif
7.
Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin,
mengalami penurunan < 12 mg%.
2. Anoscopy,
pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk mendeteksi ada atau
tidaknya hemoroid.
3. Digital rectal
examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
4.
Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid
yang disertai karsinoma.
5. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah
terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus. Hemoroid interna yang menjadi
prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien mengejan.
Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
6. Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna
stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini dapat teraba
bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan
dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya karsinoma recti.
7.
Pemeriksaan
diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps. Anaskopi
dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya
benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissure
ani, dan tumor ganas harus diperhatikan
8.
Komplikasi
Perdarahan
akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik
pada hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan
maka darah dapat sangat banyak. Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan
syok hipovolemik. Sedangkan perdarahan kronis menyebabkan terjadinya anemia,
karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah
yangkeluar. Sering pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini penanganannya
tidak langsung operasi tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10. prolaps
hemoroid interna dapat menjadi ireponibel, terjadi inkarserasi ( prolaps &
terjepit diluar ) kemudian diikuti infeksi sampai terjadi sepsis. Sebelum terjadi
iskemik dapat terjadi gangren dulu dengan bau yang menyengat.
9.
Prognosis
Dengan
terapi yang sesuai, pasien yang simptomatik akan menjadi asimptomatik. Dengan melakukan
terapi operatif dengan hemoroidektomi hasilnya sangat baik, namun bisa muncul
kembali (rekuren) dengan angka kejadian rekuren sekitar 2-5%. Terapi
nonoperatif seperti ligasi cincin karet (rubber band ligation) menimbulkan kejadian
rekuren sekitar 30-50% antara kurun waktu 5-10 tahun kedepan. Akan tetapi,
hemoroid rekuren ini biasanya dapat ditangani dengan terapi non operatif.
Hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan keberhasilan terapi
dengan PPH. Setelah sembuh, penderita tidak boleh sering mengejan dan
dianjurkan makan makanan yang berserat tinggi.
10. Diagnosa
keperawatan
a. Pre operasi
i.
Nyeri b.d adanya pembengkakan, trombus pembuluh
darah pada anus.
ii.
Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat
nyeri selama defekasi.
iii.
Cemas b.d rencana pembedahan dan rasa malu.
b.
Post operasi
i.
Nyeri b.d adanya luka operasi
ii.
Resiko tinggi perdarahan b.d hemoroidectomi
iii.
Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka operasi di daerah
anorektal.
11. Perencanaan keperawatan
1.
Pre operasi
|
|||
NO
|
Diagnosa keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Nyeri b.d
adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus
|
Setelahdilakukantindakankeperawatan
3x24jam
dengan kriteria hasil:
·
Skala nyeri 0-1
·
Wajah pasien tampak rileks.
|
1.
Kaji skala
nyeri pasien.
2.
Anjurkan
untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
3.
Berikan
posisi yang nyaman sesuain keinginan pasien
4.
Observasi tanda-tanda vital
5.
Berikan bantal/alas pantat
6.
Anjurkan tidak mengejanyang berlebihan saat defekasi.
7.
Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
|
2.
|
Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama defekasi.
|
Setelah dilakukan perawatan selama3x24Jam dengan kriteria hasil:
·
Buang air besar 1 kali perhari.
·
Konsistensi faeces lembek, tidak ada darah dan pus
·
Buang air besar tidak nyeri dan tidak perlu mengejan
lama.
|
1.
Kaji pola eliminasi dan konsistensi feces.
2.
berikan minum air putih 2-3 liter perhari (bila tidak
ada kontraindikasi)
3.
Berikan banyak makan sayur dan buah.
4.
Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan buang
air besar
5.
Anjurkan untuk melakukan latihan relaksasi sebelum
defekasi.
6.
Anjurkan untuk olahraga ringan secara teratur.
7. kolaborasi untuk pemberian terapi laxantia dan analgetik
|
3.
|
Cemas b.d rencana
pembedahan
|
Setelah dilakukuan perawatan selama
3x24 jam dengan krteria hasil:
·
Pasien mengatakan kecemasan berkurang.
·
Pasien berpartisipasi aktif dalam perawatan.
|
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
3. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan
perasaannya
4. Dampingi dan dengarkan pasien
5. Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita
penyakit yang sama untuk memberikan dukungan
6. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya
7. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur
operasi.
8.
Kolaborasi untuk terapi anti ansietas (bila perlu).
|
2. Post
operasi
NO
|
Diagnosa
keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Nyeri b.d adanya luka operasi.
|
Setelah dilakukan
perawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil:
·
Skala nyeri 0-1
·
Wajah pasien tampak rileks.
|
1. Kaji skala nyeri
2. Anjurkan teknik
nafas dalam dan pengalihan perhatian
3. Berikan posisi
supine
4. Observasi
tanda-tanda vital
5. Berikan bantalan
flotasi di bawah bokong saat duduk
6. Kolaborasi pelunak
feses dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya 2-3 liter
cairan, makanan berserat
7. Kolaborasi untuk
pemberian terapi analgetik
|
2.
|
Resiko tinggi
perdarahan b.d hemoroidectomi.
|
Setelah dilakukan perawatan selama
3x24jam dengan kriteria hasil:
·
balutan luka operasi tidak basah.
·
Tanda-tanda vital dalam batas normal
|
1.
Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam
pertama
2.
Monitor tanda-tanda hipovolemik.
3.
Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama
24 jam pertama.
4.
Berikan kompres dingin
5.
Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
|
3.
|
Resiko tinggi b.d adanya luka operasi di daerah anorektal
|
Setelah dilakukan perawatan selama
3x24jam dengan kriteria hasil:
·
Luka sembuh dengan baik.
·
tanda-tanda vital dalam batas normal.
|
1.
Observasi tanda-tanda vital
2.
Kaji daerah operasi terhadap pembengkakn dan pengeluaran
pus
3.
Ganti tampon setiap kali setelah BAB
4.
Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika
|
BAB
III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada
anus di mana bibir anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan.
Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini
sering diabaikan. Yang disebabkan oleh BAB dengan posisi jongkok yang terlalu
lama , Obtipasi atau konstipasi kronis , Faktor pekerjaan orang yang harus
berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai predisposisi
untuk terkena hemoroid dan Olah raga berat dengan tanda dan gejala seperti
Pembengkakan pada area anus Timbulnya rasa gatal dan nyeri,Perdarahan pada
faeces berwarna merah terang , Keluar selaput lendir ,Prolaps dan Duduk berjam-jam di
WC.
Pada pasien dengan hemoroid penatalaksanaan
antara lain Intervensi yang lazim dilakukan adalah Anaskopi , Rectal Toucher (RT) dan Inspeksi.
2.
SARAN
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit hemoroid
agar kita dapat mencegah hal itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum kesempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan
penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Smeltzer, Suzanne (2001). Brunner and Suddarth
Medical Surgical Nursing. Alih bahasa: Monica Ester. Edisi 8. Jakarta.
EGC.
2.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing:
Assessment and Management of Clinical Problems. Philadelphia. Mosby
Company
3.
Aru W. Sudoyo. Buku ajar penyakit dalam.
4.
Sylvia & Lorraine. 2006. “Patofisiologi
(Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit) Volume 1, Edisi 6”. Jakarta : EGC.
Terima kasih Telah Hadir Di Sini, untuk menggunakan template ini klik di SINI
0 comments:
Post a Comment
Dimohon untuk berkomentar yang sopan