Saturday, 19 April 2014

Apa itu Chikungunya?

PENDAHULUAN
Demam Chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001,
kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Jumlah kasus chikungunya yang terjadi sepanjang tahun 2001-2003 mencapai 3.918 kasus tanpa kematian.
Infeksi virus Chikungunya onsetnya akut dan manifestasi klinisnya sangat bervariasi. Gejala muncul dalam 4-7 hari setelah masa inkubasi selama 1-12 hari. Pada sebagian besar kasus dapat sembuh sendiri dan diikuti dengan perbaikan gejala dan tanda dalam 5-7 hari walaupun tanpa terapi. Trias klinis yaitu demam, ruam kemerahan, dan atralgia khas untuk demam Chikungunya. Manifestasi demam bervariasi, dari demam timggi (lebih dari 40 °C) sampai demam yang tidak terlalu tinggi. Suhu dapat meningkat cepat dan kadang-kadang disertai sakit kepala berat, menggigil, mual serta muntah. Demam ini dapat membaik dan kemudian muncul kembali setelah 1-2 hari bebas demam (saddle back fever). Poliatralgia disertai mialgia merupakan gejala khas penyakit ini. Nyeri sendi ini biasanya sangat berat (nyeri bila disentuh), menyebabkan imobilisasi dan menyebabkan pasien tidak dapat tidur selama beberapa hari setelah onset penyakit. Gerakan sendi menyebabkan nyeri hebat sehingga pasien terpaksa membungkuk. Poliartritis yang berpindah-pindah (migratory) biasanya mengenai sendi kecil pada tangan, pergelangan tangan, pergelangan kaki (ankle), dan kaki. Ruam makulopapular dan perdarahan gusi jarang ditemukan pada pasien dewasa (lebih sering pada anak). Ruam kemerahan biasanya muncul pada batang tubuh (trunk) atau pada permukaan ekstensor ekstremitas dan biasanya gatal. Petekie juga dapat ditemukan pada penyakit ini.
virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari. Pada anak kecil dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Sering dijumpai anak kejang demam. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang dewasa, gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah. Pada umumnya demam pada anak hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit sekali dijumpai perdarahan maupun syok. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian.
Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat, bahwa demam Chikungunya atau flu tulang atau demam tulang sebagai penyakit yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan. Memang, sewaktu virus berkembang biak di dalam darah, penderita merasa nyeri pada tulang-tulangnya terutama di seputar persendian sehingga tidak berani menggerakkan anggota tubuh. Namun, perlu diperhatikan bahwa hal ini bukan berarti terjadi kelumpuhan. Melainkan lebih dari sekedar keengganan si penderita melakukan gerakan karena rasa ngilu pada persendian. Masa inkubasi dari demam Chikungunya dua sampai empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai 10 hari. virus ini termasuk self limiting disease atau dapat sembuh dengan sendirinya. Dengan istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri dalam tujuh hari. Namun, rasa nyeri masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Cukup minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit. Yang penting cukup istirahat, banyak minum dan makan makanan bergizi. Jadi, jangan panik dulu apabila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini, sebab tidak sampai menyebabkan kematian. Serta ngilu pada persendian itu tidaklah menyebabkan kelumpuhan. Penderita bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala.

Diagnosis dari chikungunya didapatkan dari gejala klinik yang ada. Tetapi karena gejala klinik dari penyakit ini hampir menyerupai gejala klinik dari demam berdarah, maka pemeriksaan laboratorium sangat penting sekali dilakukan.

Untuk menegakkan diagnosis demam chikungunya dapat dilakukan isolasi virus, PCR, deteksi antibody IgM dan peningkatan titer antibody IgG. Virus Chikungunya dapat diisolasi dari cairan otak atau kultur virus pada nyamuk atau struktur sel mamalia yang terinfeksi. Antibodi IgM yang diperiksa dengan ELISA dapat muncul dalam dua minggu. Tidak disarankan memeriksa antibody pada minggu pertama. Pada beberapa orang, antibody IgM dapat muncul pada 6-12 minggu hingga jumlahnya cukup untuk dideteksi dengan ELISA.

Pada pemeriksaan darah tidak didapatkan kelainan yang khas. Paling sering ditemukan lekopenia dengan predominan limfosit, jarang ditemukan trombositopenia. LED biasanya meningkat. CRP juga meningkat selama fase akut dan dapat bertahan tinggi selama beberapa minggu. Beberapa persen pasien dapat menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan faktor rheumatoid selama dan sesudah periode penyakit.

KRITERIA
DHF (%)
CHF(%)
Durasi demam :


2-4 hari
23,6
62,5
5-7 hari
59,0
31,2
> 7 hari
17,4
6,3
Manifestasi perdarahan :


Tes tourniket positif
83,9
77,4
Ptekie menyebar
46,5
31,3
Pertemuan ruam ptekie
10,1
0,0
epistaksis
18,9
12,5
Perdarahan gusi
1,5
0,0
Melena / hematemesis
11,8
0,0
Hepatomegali
90,0
75,0
Syok
35,2
0,0
KRITERIA
DBD (%)
CHF (%)
Nyeri faring
96,8
90,3
Muntah
57,9
59,4
Konstipasi
53,5
40,0
Nyeri abdomen
50,0
31,6
Sakit kepala
44,6
68,4
Limfadenopati umum
40,5
30,8
Nyeri konjunctiva
32,8b
55,6b
Batuk
21,5
23,3
Rhinitis
12,8
6,5
Ruam makulopapular
12,1b
59,4b
Mialgia / artralgia
12,0b
40,0b
Enantema
8,3
11,1
Refleks abdominal
6,7
0,0
Diare
6,4
15,6
Limpa teraba
6,3c
3,1c
Koma
3,0
0,0

A. Tatalaksana Periode Akut

Kemungkinan diagnosis banding yang lain misalnya leptospira, demam denge, malaria dan penyakit lain harus disingkirkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium dasar. Harus dicari tanda dehidrasi dan dilakukan rehidrasi dengan adekuat. Dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat lekosit dan trombosit. Pengobatan lain merupakan simptomatis dengan paracetamol sebagai antipiretik. Manifestasi kulit dapat diatasi dengan obat topical atau sistemik. Bila hemodinamik tidak stabil, oligouria ( urin < 500 cc/24 jam), perubahan kesadaran atau manifestasi perdarahan, pasien harus segera dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih tinggi. Demam dapat memperburuk nyeri sendi, sehingga sebaiknya dihindari dalam fase akut. Aktivitas ringan dan fisioterapi direkomendasikan bagi pasien yang mengalami perbaikan klinis.
Harus diperiksa sampel darah untuk serologi/PCR/pemeriksaan genetic sesegera mungkin bila fasilitas tersedia. Pertimbangkan kemungkinan penyakit rematik lain seperti rematoid arthritis, gout, demam rematik pada kasus-kasus yang tidak biasa. Dapat diberikan terapi NSAID(non-steroid anti-inflamasi drugs), Pada komplikasi serius berupa perdarahan transfusi trombosit pada perdarahan dengan trombosit kurang dari 50ribu, fresh frozen plasma atau injeksi vitamin K bila INR lebih dari dua. Hipotensi diatasi dengan cairan atau intropik gagal ginjal akut dengan dialysis, kontraktur dan deformitas dengan fisioterapi atau bedah dan manifestasi kulit dengan obat topical atau sistemik. Pasien dengan mioperikarditis atau meningoensefalitis mungkin membutuhkan perawatan intensif di ICU. Pada kasus atralgia yang refrakter terhadap obat lain dapat digunakan hidroksiklorokuin 200mg per oral sekali sehari atau klorokuifosfat 300mg per oral tiap hari selama 4 minggu. Perlu dinilai adakah kecacatan dan direncanakan prosedur rehabilitasi.

B. Tatalaksana Fase Kronik

1. Tatalaksana Masalah Osteoartikular

·         Gunakan obat anti nyamuk
·         Penggunaan kelambu
·         Tutup tempat penympanan air
-         Wilson Mary. Chikungunya on Three Continents. (Online). (http://infectious-diseases.jwatch. org/cgi/content/full/2008/227/2,
-         Yulvi H. Rapid Detection of Chikungunya Virus by PCR. USU Repository 2006.
Kontributor:
Terima kasih Telah Hadir Di Sini, untuk menggunakan template ini klik di SINI

0 comments:

copy smiley kode

Post a Comment

Dimohon untuk berkomentar yang sopan

 
-->