Akademi Keperawatan “ YAKPERMAS “
Banyumas
Jl. Raya Jompo Kulon, Sokaraja,
Banyumas 53181
Telp. / Fax. (0281) 6596816
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat
mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi
kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi
banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007).
Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah
50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan
& Asbury, 2007).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius
karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002
katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari
seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di
dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil
survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama
yaitu sebesar 52%.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah
pada lansia. Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko
terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar
ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal
bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan
beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid
jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan
myopia.
B. Tujuan
Tujuan
Umum
1.
Perawat dan pembaca dapat mengetahui
definisi penyakit Katarak.
2.
Perawat dan pembaca dapat mengetahui
bagaimana jenis-jenis penyakit Katarak.
Tujuan Umum
1.
Perawat dan pembaca dapat
mengetahui bagaimana gejala dan tanda-tanda penyakait Katarak.
2.
Perawat dan pembaca dapat mengetahui
bagaimana penyebab penyakit Katarak.
3.
Perawat dan pembaca dapat mengetahui
bagaimana pengobatan penyakit Katarak.
C. Manfaat
1.
Dengan adanya makalah ini kita dapat
mengetahui karakteristik dari penyakit Katarak.
2. Dengan adanya makalah ini kita dapat mengantisipasi terjadinya penyakit
Katarak.
D. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana penyakit Katarak bisa
menyerang manusia ?
2.
Bagaimana awal terjadinya penyakit
Katarak ?
3.
Bagaimana cara pengobatan penyakit
Katarak ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Definisi
katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut.
Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak
berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air
terjuan akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya ( Ilyas,1999 cit Anas Tamsuri, 2011 : 54 ).
B. Etiologi
Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain:
Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain:
a.
Trauma
b.
Terpapar substansi toksik
c.
Penyakit predisposisi
d.
Genetik dan gangguan
perkembangan
e.
Iinfeksi virus di masa
pertumbuhan janin
f.
Usia
Penuaan merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 %
disebsbkan kerusakan congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik.
Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas ( kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal seseorang.
Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas ( kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal seseorang.
Menurut etiologinya katarak dibagi
menjadi :
1.
katarak seni.le ( 95 %) .
katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun).
Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65– 74 tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun.
Ada 4 stadium antara lain :
katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun).
Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65– 74 tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun.
Ada 4 stadium antara lain :
a.
Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian
lensa yang masih jernih.
b.
Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratip menyerap air.
c.
Katarak matur : katarak yang telah menegani seluruh bagian lensa. Katarak
ini dapat diopperasi.
d.
Katarak hepermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf sertya
terdapat lipatan kapsul lensa (Jounole zin kendor). Jika berlanjut diserrtai
kapsul yang tebal menyebabkan kortek yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar sehingga berbentuk seperti sekantong susu dengan nucleus yang terbenam
yang disebut katarak Morgageeeni.
2.
Katarak congenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan).
Katarak congenital digolongkan dalam :
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan).
Katarak congenital digolongkan dalam :
a.
Katarak kapsulo lentikuler
Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.
Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.
b.
Katarak lentikuler: merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.
Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3 bln sampai 9 tahun katarak juvenil .
Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3 bln sampai 9 tahun katarak juvenil .
3.
Katarak traumatic : terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma
tajam/trauma tumpul, adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang
berlebihan atau bahan radio aktif. Waktu untuk perkembangan katarak traumatic
dapat bervariasi dari jam sampai tahun.
4.
Katarak toksik : Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu (
korticostirot,Klorpromasin/torasin,miotik,agen untuk pengobatan glaucoma).
5.
Katarak asosiasi : penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid,Downs
sindrom dan dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk
perkembangan katarak.
Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi alcoholnya yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap gula,alcohol dan melindungi dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada tingkat osmolaritas yang normal lensa diletakan pada air (newell, 1986).
Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi alcoholnya yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap gula,alcohol dan melindungi dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada tingkat osmolaritas yang normal lensa diletakan pada air (newell, 1986).
6.
Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata
lain (kelainan okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis
pigmentosa, glaucoma dan retina detachement. Katarak ini biasanya unilateral.
C.
Patofisiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit usia
lanjut dan pada usia diatas 70 tahun, dapat diperkirakan adanya katarak dalam
berbagai derajat, namun katarak dapat juga diakibatkan oleh kelainan
konginental, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Secara kimiawi,
pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya
kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan
kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan protein
berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung glutation. Usaha
mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan
belum berhasil dan penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir – akhir
ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam
pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi
mennjukan bahwa di daerah – daerah yang spanjan g tahun selalu ada sinar
matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65 tahun atau lebih.
Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempengaruhi
efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan,
lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam
intraokular. ( Anas Tamsuri, 2011 : 55 – 56 )
D.
|
E.
Manifestasi Klinik
Katarak
didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa
sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan
tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan
tampak abu-abu atau putih.
F.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Kartu mata snellen/mesin
telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke
retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan
mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 –
25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan
adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur
internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan
anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting
untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk
pembedahan katarak.
G.
Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak
yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata
yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara
yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,
tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi
katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi
katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada
uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1.
Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
2.
Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga
mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata
bisa fokus pada objek jauh
3.
Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier
ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian
atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris
disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan
dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain
itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa
dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi
medis lainnya
Indikasi dilakukannya operasi
katarak :
a.
Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan.
b.
Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c.
Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1.
ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE
yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960
hanya itulah teknik operasi yg tersedia. Pada pembedahan jenis ini lensa
diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan proses ini
dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi mengalami retinal
detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa intraokuler.
Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan dengan
probe super dingin dan kemudian diangkat.
2.
ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
Terdiri dari 2 macam yakni:
a.
Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga
penyembuhan lebih lama.
b.
Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material
nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini
dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti
nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap.
Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.
Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot
(fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan
ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya
memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien
diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat
diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.
Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat
dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka
pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular
multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan
Apabila tidak terjadi
gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat
keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus
komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani
operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka
kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
H.
Kompikasi
Komplikasi
yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma
dan Uveitis.
I.
Pengkajian keperawatan
a.
Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1.
Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada
semua umur tetapi pada umumnya pada usia lanjut dan Pada pasien dengan katarak
konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien
dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak
presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark
senilis terjadi pada usia > 40 tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering
terpapar sinar matahari secara langsung atau Pada pekerjaan laboratorium atau
yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-X, tempat
tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas
pasien.
2.
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
·
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
·
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
·
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
·
Perubahan daya lihat warna.
·
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan
mata.
·
Lampu dan matahari sangat mengganggu.
·
Sering meminta ganti resep kaca mata.
·
Lihat ganda.
·
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
·
Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.
3.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :
·
DM
·
Hipertensi
·
Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
4.
Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat
yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan
penglihatan.
5.
Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah
gangguan penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai
dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil
menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan
peningkatan air mata)
6.
Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau
mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata,
dan sakit kepala.
7.
Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata
(katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan
sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti
peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta
riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
b.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan
melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp,
dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring
(45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati
lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan
jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat
dengan pupil terjadi pada katarak matur.
c.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf
atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2.
Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3.
Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi
sistemik/infeksi.
4.
EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
5.
Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.
J.
Masalah Keperawatan
A.
Pre Operatif
1. Gangguan sensori-perseptual:
penglihatan b/d gangguan penerima sensori/status organ indera, lingkungan
secara terapeutik dibatasi.
2. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan
fungsi sensori penglihatan-kehilangan vitreus, pandangan kabur
3. Kecemasan b/d kurang terpapar
terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan
B. Post Operatif
1. Nyeri akut berhubungan dengan
trauma insisi
2. Gangguan persepsi sensori-
perceptual penglihatan berhubungan dengan fungsi mata terpasang bebat
3. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan prognosis, pengobatan, kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d
prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
K.
Intervensi
A. Pre-Operatif
No.
Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24jam diharapkan dapat meningkatkan ketajaman
penglihatan dalam batas situasi individu dengan Kriteria Hasil :
- Mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki
potensial bahaya dalam lingkungan.
|
Mandiri
1) Kaji
ketajaman peng-lihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
2) Orientasikan
klien tehadap lingkungan.
3) Observasi
tanda-tanda disorientasi.
4) Pendekatan
dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
5) Ingatkan
klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, penglihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
6) Letakkan
barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi.
|
Mandiri
1) Kebutuhan
tiap individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif.
2) Memberikan
peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurun-kan cemas dan disorientasi
pasca operasi.
3) Terbangun
dalam lingkungan yang tidak di kenal dan mengalami keterbatasan penglihatan
dapat mengakibatkan kebingungan terhadap orang tua .
4) Memberikan
rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
5) Perubahan
ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan
meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
6) Memungkinkan
pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan
bila diperlukan.
|
2
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24jam diharapkan tidak terjadi cedera dengan criteria hasil:
- Menyatakan pemahaman
faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
- Mengubah
lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
|
Mandiri:
1) Diskusikan apa
yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan
mata.
2) Beri pasien
posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
3) Batasi aktivitas
seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
4) Ambulasi
dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dengan anastesi.
5) Anjurkan
menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi, visualisasi,
nafas dalam, dan latihan relaksasi.
6) Pertahankan
perlindungan mata sesuai indikasi.
7) Observasi
pembekakan luka, bilik anterior kempis, pupil berbentuk buah pir.
Kolaborasi:
8) Berikan obat
sesuai indikasi:
Antiemetic, contoh proklorperazin (Compazine), Asetazolamid
|
Mandiri:
1) Membantu
mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang
diperlukan.
2) Menurunkan
tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau stress pada
jahitan/jahitan terbuka.
3) Menurunkan
stress pada area operasi/menurunkan TIO.
4) Memerlukan
sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO.
5) Meningkatkan
relaksasi dan koping, menurunkan TIO.
6) Digunakan
untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.
7) Menunjukkan
prolaps iris atau rupture luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan
mata.
Kolaborasi:
8) Mual/muntah
dapat meningkatkan TIO. Memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera
okuler.
Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi
peningkatan.Membatasi kerja enzim pada produksi akueus humor
|
3
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24
jam diaharapkan kecemasan px berkurang dengan criteria hasil:
- Pasien
mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
- Pasien
tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada
tingkat dapat diatasi.
- Pasien dapat
mengungkapkan pemahaman mengenai informasi pembedahan yang diterima.
|
1) Kaji tingkat
kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
2) Beri kesempatan
pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
3) Observasi tanda
vital dan peningkatan respon fisik pasien.
4) Beri penjelasan
pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
5) Beri penjelasan
dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan
6) Lakukan orientasi
dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan peralatan yang akan
digunakan.
|
1) Derajat kecemasan
akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.
2) Mengungkapkan
rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
3) Mengetahui respon
fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
4) Meningkatkan
pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif.
5) Mengurangi
kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.
6) Mengurangi
perasaan takut dan cemas.
|
B. Post Operatif
No.
Dx
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang / hilang
Kriteria hasil :
- klien dapat mengontrol nyerinya
Skala nyeri 0 (0-10)
|
1) Kaji tngkat nyeri
pasien dengan menggunakan skala nyeri dan pengukuran TTV
2) Berikan kompres
dingin sesuai dengan permintaan untuk trauma tumpul
3) Kurangi tingkat
pencahayaan
4) Berikan obat
untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep
|
1) skala nyeri yang tinggi dan disertai
peningkatan nadi dapat menggambarkan tingkat nyeri yang di rasakan oleh
pasien
2) mengurangi edema akan mengurangi nyeri
3) cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak
nyaman
4) pemakaian sesuai resep akan mengurangi
nyeri dan TIO
|
2
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24jam diharapkan dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam
batas situasi individu dengan Kriteria Hasil :
- Mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki
potensial bahaya dalam lingkungan.
|
Mandiri
1. Kaji ketajaman
peng-lihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
2. Orientasikan
klien tehadap lingkungan.
3. Observasi tanda-tanda
disorientasi.
4. Pendekatan dari
sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
5. Ingatkan klien
menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, penglihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
6. Letakkan barang
yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi.
|
Mandiri
1. Kebutuhan tiap
individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif.
2. Memberikan
peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurun-kan cemas dan disorientasi
pasca operasi.
3. Terbangun dalam
lingkungan yang tidak di kenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat
mengakibatkan kebingungan terhadap orang tua .
4. Memberikan rangsang
sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
5. Perubahan
ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan
meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
6. Memungkinkan
pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan
bila diperlukan.
|
3
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24jam diharapkan pengetahuan px bertambah dengan criteria hasil:
- Menyatakan
pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan
alasan tindakan.
|
Mandiri :
1) Kaji informasi
tentang kondisi, prognosis, tipe prosedur/lensa.
2) Tekankan
pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
3) Informasikan
pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
4) Diskusikan
kemungkinan efek atau interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien,
contoh peningkatan hipertensi, PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat
memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.
5) Anjurkan
pasien menghindari membaca, berkedip: mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung; penggunaan sprei, bedak
bubuk, merokok (sendiri/orang lain).
6) Dorong
aktivitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang-bincang, menonton
televisi.
7) Anjurkan
pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksual.
8) Tekankan
kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan/penutup
pada malam.
9) Anjurkan
pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kaca mata
gelap bila keluar/dalam ruangan terang, keramas dengan kepala kebelakang
(bukan kedepan), batuk dengan mulut/mata terbuka.
10) Anjurkan mengatur
posisi pintu sehingga mereka terbuka atau tertutup penuh: pindah kan perabot
dari lalu lalang.
11) Dorong pemasukan
cairan adekuat, makan berserat atau kasar: gunakan pelunak feses yang dijual
bebas bila diindikasikan.
12) Identifikasi
tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-tiba,
penurunan penglihatan, kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata
berair, fotofobia.
|
Mandiri:
1) Meningkatkan
pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pasca operasi.
2) Pengawasan
periodik menurunkan resiko komplikasi serius. Pada beberapa pasien kapsul
posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam dua minggu sampai
beberapa tahun pasca operaasi, memerlukan terapi laser untuk memperbaiki
defisit penglihatan.
3) Dapat bereaksi
silang/campur dengan obat yang diberikan.
4) Penggunaan
obat mata topikal, contoh agen simpatomimetik, penyekat beta, dan agen anti
kolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien hipertensi; pencetus dispnea
pada pasien PPOM; gejala krisis hipoglikemik pada diabetes tergantung pada
insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorbsi dalam sirkulasi sistemik,
meminimalkan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan.
5) Aktivitas yang
menyebabkan mata lelah atau regang, manufer Valsalva, atau meningkatkan TIO
dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan pendarahan.Catatan: iritasi pernafasan
yang menyebabkan batuk/bersin dapat meningkatkan TIO.
6) Memberikan
masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui waktu lebih mudah
bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh.Catatan:menonton televisi frekuensi sedang menuntut sedikit
gerakan mata dan sedikit menimbulkan stres dibanding membaca.
7) Dapat
meningkatkan TIO, menyebabkan cedera kecelakaan pada mata.
8) Mecegah cedera
kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko peningkatan TIO sehubungan dengan
berkedip atau posisi kepala.
9) Mencegah
cedera kecelakaan pada mata.
10) Menurunkan penglihatan
perifer atau gangguan kedalaman persepsi dapat menyebabkan pasien jalan ke
dalam pintu yang terbuka sebagian atau menabrak perabot.
11) Mempertahankan
konsistensi feses untuk menghindari mengejan.
12) Intervensi dini dapat
mencegah terjadinya komplikasi serius, kemungkinan kehilangan penglihatan.
|
4
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan criteria hasil :
- Meningkatkan
penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam
- Mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
|
Mandiri
1) Diskusikan
pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
2) Gunakan/tunjukkan
teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/bola
kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukan lensa kontak bila
menggunakan.
3) Tekankan
pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi.
Kolaborasi:
4) Berikan obat
sesuai indikasi :
- Antibiotic
(topical, parenteral,atau subkonjungtival).
- Steroid
|
Mandiri
1) Menurunkan
jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.
2) Teknik aseptik
menurunkan risiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
3) Mencegah
kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
Kolaborasi:
4) Sediaan
topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan
bila terjadi infeksi. Catatan: steroidmungkin ditambahkan pada antibiotic
topical bila pasien mengalami implantasi IOL.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Katarak
adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut
etiologinya yaitu katarak senile, kongenital, traumatic, toksik, asosiasi, dan
komplikata.
Katarak hanya dapat diatasi
melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu,
tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata.
Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia
sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering
terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anas Tamsuri,
2011, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Jakarta. EGC
Sidarta llyas, 2003, Ilmu Penyakit Mata Jakarta
FKUI
http://aanborneo.blogspot.com/2013/04/makalah-katarak.html, jam
18:30 tgl 20 – 9 –
2013
http://gexmi.blogspot.com/2012/12/makalah-katarak.html
jam 18:30, jam 18:57 tgl
20 – 9 – 2013
http://liriyantoasy.wordpress.com/2012/02/08/makalah-katarak/ jam 19:03 tgl 20
– 9 - 2013